Sebagai pribadi yang hidup di kota metropolitan Jakarta , pemandangan anak-anak yang berkelompok sambil main gadget sudah semakin marak dan mengkhawatirkan. Terlebih lagi di café-café yang memanjakan penggunanya dengan slogan free wifi. Menjadi magnet yang kuat untuk menarik anak-anak yang seharusnya belum waktunya untuk menggunakan gadget sedekemian rupa.

  Fenomena social ini sangat terasa berbeda di kotaku ini. Tempat interaksi anak-anak untuk bermain semakin berkurang. 6 tahun lalu, lapangan bola yang saya gunakan untuk SSB sekarang sudah dibangun proyek gedung. Lapangan-lapangan kecil lainnya pun juga demikian , berbanding lurus dengan bertambah jumlah penduduk Jakarta.
  Anak-anak yang seharusnya bergerak aktif dan berinteraks social malah terbelenggu ponsel pintar. Saya tahu betul bagaimana perasaan anak anak yang sebenarnya ingin bermain namun kurangnya sebuah media belajar. Alhasil mereka mencari suatu yang instan untuk memuaskan rasa ingin bermain mereka lewat game-game online.
  Psikolog dari Rumah Sakit Pondok Indah, Bintaro, Jakarta, Jane Cindy, menegaskan gadget dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
"Gadget memiliki dampak yang dapat menyebabkan kecanduan, terutama bila anak terbiasa bermain dengan gadget. Anak akan terus-menerus menggunakan gadget dan perkembangan interaksi sosial menjadi terhambat," kata Cindy dihubungi di Jakarta, dikutip dari AntaraNews, Selasa (23/1/2018).
  Cindy mengatakan, anak yang sudah mulai kecanduan gawai akan terbiasa mendapatkan kesenangan dengan pola satu arah. Mereka lebih suka bermain sendiri menggunakan gawai ketimbang bermain bersama teman-temannya.
Selain perkembangan interaksi sosial menjadi terhambat, kesenangan yang didapat dari kecanduan gadget juga dapat membuat anak-anak menghindar dari tanggung jawab dan tugas mereka.
Tidak perlu mahal-mahal dan jauh-jauh mencari media belajar yang efektif untuk anak. Sekaligus sebagai media untuk menyatukan, meningkatkan komunikasi dan hubungan sebuah keluarga. Karena membangun sebuah keluarga butuh dukungan semua anggota keluarga.
Cukup memanfaatkan halaman depan , belakang atau balkon rumah untuk dibuat sebagai lahan bertani. Tidak perlu luas, cukup 1 x 1 meter. Anak-anak akan belajar asyik untuk bertanggungjawab, bergerak aktif, berkomunikasi yang baik dengan orang lain.
Disamping itu anak akan belajar untuk peduli dan peka terhadap lingkungan. Ini menjadi problematika utama bangsa ini, dimana masyarakatnya masih dari kata peduli terhadap lingkungan. Alhasil bencana alam pun menjadi konsekuensi yang harus diterima. Tentu tidak mau bukan?
Mau tahu caranya bagaimana memaksimalkan lahan sela anda di rumah sekaligus media yang menyenangkan untuk semua anggota keluarga untuk belajar. SIlahkan ikuti Kopdar Tani tanggal 30 Desember 2018 yang berlokasi di Pomosda. Acara ini gratis dan akan dijabarkan semua pengetahuannya. Demi bangsa dan Negara yang al-arif billah.