Saat ini dunia sedang berjuang melawan pandemi Covid-19 yang sudah menjangkiti hampir seluruh negara. Perubahan terjadi begitu cepat. Banyak orang yang belum siap secara ekonomi, kesehatan apalagi mental. Semua seakan runtuh begitu saja dalam hitungan hari. Banyak sektor terpukul selama pandemi berlangsung, terutama sektor ekonomi.

Sektor ekonomi menengah merasa paling terpukul. Ratusan bahkan ribuan UMKM merasakan pahitnya krisis ini. Ribuan terkena PHK, dan juga ada yang diancam PHK. Paket kebijakan ekonomi mulai dikeluarkan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Mulai dari pemotongan dan penundaan cicilan. Jutaan orang bersiap-siap turun kasta menjadi ‘kecil’.
405 Triliun pun sudah dikucurkan Pemerintah RI untuk menangani wabah pandemi ini. Sebagian besarnya untuk membantu saudara-saudara kita yang terdampak ekonomi. Termasuk saya sendiri, berbagai event radio batal, usaha angkringan juga turut mandeg. Bahkan menurut Direktur IMF dilansir CNBC Indonesia pada 4 April 2020 lalu, menyebut depresi ekonomi lebih besar dari kejatuhan pasar saham pada 2008 dan Great Depression tahun 1929. Saham gabungan Amerika Serikat Dow Jones juga turun 40%, bahkan Bapak Investor Dunia Warren Buffet memegang uang FIAT/cash dalam 40 tahun terakhir.
Di tulisan kali ini, saya mengajak pribadi sendiri dan juga para pembaca untuk melihat 2 sisi koin. Kita berdiri di tengah-tengah koin dan melihat kedua sisinya. Sisi satunya mungkin sangat pahit di kehidupan kita. Sisi kedua merupakan sebuah pembelajaran yang tiada habisnya. Sisi yang membuat kita berkembang. Pelajaran paling berharga adalah kehidupan itu sendiri.
Mari kita belajar melihat yang tak kasat mata. Melihat pergerakan yang menindas kita yang selama ini tidak belajar dengan perubahan. “Sekolah yang baik, dapatkan nilai baik, kemudian bekerja , hilangkan utang dan berinvestasi jangka panjang di saham”. Mari kita lihat sekali lagi, banyak yang terkena dampak jika mereka tidak bekerja. Artinya hampir seluruh manusia di bumi ini masih mengandalkan active income.
Tidak paham bagaimana cara kerja uang, dan cenderung berprasangka buruk tentang uang dan orang kaya. Akhirnya begitu banyak orang yang tertimpa Hierarki Kebutuhan Maslow. Dua kebutuhan dasar yaitu keamanan dan fisiologis tidak bisa mereka penuhi. Kebutuhan fisiologis adalah bernafas, makanan, air, seks, tidur dan eksresi. Dan kebutuhan keamanan antara lain rasa aman, pekerjaan, sumber daya, moralitas, keluarga , kesehatan dan harta.
Pada krisis ekonomi tahun 1998 , di Amerika Serikat banyak yang memilih bunuh diri karena kejatuhan ekonomi. Hal yang sama juga pada krisis tahun ini, di Indonesia ada kasus ojol bunuh diri karena tidak kuat bayar cicilan. Kalau kita tidak bisa memenuhi dua kebutusan dasar itu, maka kita tidak bisa berkembang memenuhi tiga kebutuhan lainnya.






Dari kasus diatas , menjadi bukti juga bahwa masyarakat masih belum bisa mengidentifikasikan aliran kas. Belum bisa membedakan apa itu aset dan liabilitas. Kebanyakan cenderung menggunakan utang buruk untuk konsumtif. Menambah beban liabilitas mereka sendiri dengan kredit kendaraan, rumah dan barang lain.  Sehingga menambah daftar panjang masyarakat yang bergantung kepada pemerintah. Tinggal menuju kehancuran pasar derivatif akibat dari pinjaman dan bantuan sosial tersebut.
Menurut Buku Second Chance karya agung dari Robert Kiyosaki menjelaskan bahwa dunia ini sedang mengalami berbagai krisis dan status darurat. Mulai dari darurat lingkungan alam, darurat penyakit , militer dan tentu saja ekonomi. Itulah masalah besar dunia yang sedang dan akan kita hadapi. 
Kita menuju pembelajaran pertama dari tulisan diatas yaitu nasihat usang. “Dapatkan pekerjaan dan lunasi utang”. Banyak dari kita yang tak melihat bagaimana sesungguhnya uang mereka dicuri. Dicuri melalui pajak dan inflasi. Semakin banyak pemerintah mencetak uang, maka semakin banyak masalah ekonomi terjadi.
Pajak di kiri kuadran jauh lebih besar. Dan pada saat ini kita berbicara Kuadran Employee. Kuadran ini dikenai pajak 40% dan kenaikan inflasi. Jadi masihkan relevan kita bekerja demi uang? Habis-habisan demi uang? Berharap asuransi dan pinjaman dari Pemerintah, yang kita tahu bahwa inilah yang menjadi pasar derivatif yang siap meledak. Uang yang kita pegang saat ini tidak memliki pegangan. Karena Presiden AS Richard Nixon melepas standar emas, dan bergantung ke dollar AS. Akibatnya kaum miskin kalah perang dan pada tahun 2008 kaum menengah juga kalah perang.
Kedua , pernahkan anda bermain monopoli? Yang memenangkan permainan ini adalah orang mendapat banyak hotel. Dari permainan sederhana ini, aliran kas menjadi penentu kita pemenang atau pecundang.
Banyak orang menanggap rumah dan kendaraan sebagai aset. Sehingga mereka mengutang ke bank untuk membeli itu semua. Semua tersadar pada tahun 2008, bahwa rumah mereka bukanlah asset. Akibatnya banyak yang kehilangan pekerjaan dan rumah dalam sekejap.
Orang kaya sejati berfokus pada aliran kas. Bukan sebanyak apa gaji yang mereka dapatkan. Orang kaya fokus membangun aset dan mengurangi liabilitas. Bagaimana membangun passive income sehingga merdeka finansial. Mereka tidak peduli pada slip gaji, bantuan pensiun dan tabungan.
Dari pandemi Covid-19 ini kita belajar bahwa kita sedang ditengah-tengah berbagai krisis dunia. Semua akan berubah dalam sekejap. Masihkah relevan pernyataan bekerja demi uang dan mengabiskan tenaga untuk mendapatkan uang? Sehingga mengabaikan salah satu kebutuhan dasar utama yaitu kesehatan dan makanan. Dimana program Kemandirian Pangan dari Bapak Kiai Tanjung yang sudah digalakkan awal tahun 2000. Program ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kita sebagai manusia.
Program Kemandirian Pangan ini ternyata juga membangun mental kaya bagi yang mengikuti. Di artikel sebelumnya juga sudah saya tulis bahkan program ini mampu meningkatkan IQ financial kita. Dengan program ini kita dituntut untuk membangun aset dan sistem. Apalagi di tengah pandemi, maka harga makanan akan naik dan produksi akan stagnan.
Program ini juga mengajarkan bagaimana memaksimalkan potensi yang dianugerahkan Tuhan. Sehingga kita tidak menjadi manusia yang kufur nikmat. Dengan segala kreatifitas dan kegigihan , program ini juga menjadi sumber aset yang menghasilkan aliran kas. Kiyosaki juga menyarankan kita berinvestasi di sektor komoditas termasuk bahan pangan.

Sebagai manusia kita semua berhak mendapatkan kesempatan kedua dalam hidup ini. Mari kita belajar melihat dua sisi koin. Perbaiki pola pikir dan segera maksimalkan potensi diri masing-masing. Semoga wabag covid-19 bisa segera berlalu dan kita menjadi manusia yang berbeda. Menjnadi manusia yang kaya sejati. Membantu orang dan berbuat kemaslahatan.