Menerapkan pola hidup sehat masih belum teraplikasikan dengan baik di masyarakat Indonesia. Apalagi hidup di zaman yang serba instan ini. Pertumbuhan penyakit tidak menular seperti diabetes, jantung coroner, stroke dll sangat pesat. Naik 57% dari tahun 1990.


          Salah satu penyebabnya antara lain, gizi yang tidak seimbang, pola istirahat yang kurang baik, malas berolahraga dan manajemen stress yang buruk. Kesempatan kali ini, saya akan membahas salah satunya yaitu gizi yang tidak seimbang. Gizi yang seimbang harus terpenuhi antara karbohidrat, vitamin, protein dan lemak sesuai usia. Sehingga system imun tubuh akan berfunsi dengan baik.

          Menurut rekomendasi dari Kementrian Kesehatan, kita harus mengonsumsi sayur 3-5 porsi dan buah 2-3 porsi. Tapi faktanya di lapangan sangat jauh berbeda. Data Balitbang Kementerian Pertanian 2013 mengungkapkan fakta bahwa masyarakat Indonesia hanya mengonsumsi 34,55 kilogram buah per tahun per individu. Bukan hanya itu, data tersebut juga mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia hanya mengonsumsi 40,35 kg per tahunnya per individu.

Jumlah ini terbilang masih sedikit. Angka tersebut malah masih jauh di bawah anjuran FAO yang merekomendasikan konsumsi buah mencapai 73 kilogram buah per tahun per individu. Sedangkan konsumsi sayur yang disarankan adalah 91,25 kilogram per individu per tahunnya.

       Data yang lebih menyedihkan lagi terlihat pada angka asupan buah dan sayur pada anak-anak. Survei Konsumsi Makanan Individu 2014 mengungkapkan 97,7 persen anak Indonesia di bawah usia 5 tahun tidak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran dalam jumlah yang disarankan.

          Kondisi kita pun juga terjepit kondisi. Yang pertama sulit mengakses sayuran dan buah-buahan. Apalagi di daerah perkotaan, dengan intensitas kesibukan yang tinggi, orang sering melewatkan sarapan yang bergizi dan lebih memilih yang instan. Yang kedua , sangat sulit untuk bisa mengakses sayuran dan buah-buahan yang sehat dan organic. Karena banyak diluar sana sayur dan buah-buahan yang menerapkan pola tanam yang tidak sehat, menggunakan pupuk kimia dan pestisida yang berlebih. Sayangnya pestisida itu sangat sulit dihilangkan bahkan saat sudah tersaji di rumah.

          Lalu bagaimana solusinya ? Pola pikir mandiri dan sehat yang harus dibangun. Dengan menggunakan sedikit kreatifitas , kita bisa mengoptimalkan lahan sela di rumah masing-masing. Panen sayur seperti kangkung, sawi , selada, bayam, bawang merah dan berbagai sayur lainnya bukan hanya impian. Kita juga bisa mulai menerapkan pola hidup sehat dengan makan sayuran kepada seluruh anggota keluarga. Karena cinta datang karena terbiasa bukan?

          Menjadi petani bisa dilakukan semua orang. Tidak memandang latar belakang dan profesi. Yang terpenting niat untuk lebih peduli terhadap kondisi bangsa ini. Silahkan bagi yang mau mengikuti kegiatan Kopdar Tani tanggal 30 Desember 2018 yang berlokasi di Pomosda, Nganjuk Jawa Timur. Nanti bisa diskusi dan bisa curhat mengenai masalah di rumah anda.