Apa sih
yang ada di benak kita jika mendengar kata syukur ? Pasti pikiran
melayang-layang ke makanan banyak dan super lezat. Ditambah lagi dengan aneka
minuman yang mengundang selera pula. Bayangan kita pasti jika mendengar kata
syukur adalah mengucapkan “alhamdullilah, puji Tuhan, Thanks God” dll. Tidak apa-apa jika kita mengungkapkan syukur
dengan ritual menyembelih kambing, malah hal itu sangat baik karena kita
berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Konotasi jika kita bersyukur adalah
mendapatkan nikmat yang banyak, mendapat jodoh, mendapat giliran arisan dan masih
banyak hal lain yang membuat hati ini senang. Bayangkan jika kita mendapat
musibah kebakaran, tidak lulus ujian, dipecat daari pekerjaan dan masih banyak
hal lain yang membuat hati ini “grundel”.
Ketika
kita mendapat nikmat harta oleh Tuhan, otomatis “urat” syukur kita akan
menegang mengucap “alhamdullilah”. Keadaan dibalik dan kita mendapat ujian
berupa PHK oleh kantor, otomatis pula “otot” marah kita menegang pula.
Sebenarnya apa sih esensi syukur itu ? Bagaimana seharusnya kita bersyukur yang
benar sesuai Tuntunan Rasul-Nya ?
Indikator
sederhana bisa kita gunakan mengukur diri kita apakah kita sudah bersyukur atau
belum. Apakah kita sudah menjadi orang
sekadar “bisa syukur” atau “ahli syukur. Bahagia, ya hanya itu indicator
sederhana mengukur kesyukuran kita. Sesuai Firman Allah dalam Ar-Rad: 28 “Hanya
dengan mengingat Tuhan, hati menjadi tenang dan tenteram”. Itulah ayat Tuhan,
tidak bisa kita pungkiri bahwa sepahit apapun ujian oleh Tuhan, kita dituntut
untuk selalu “bahagia”. Walau indikatornya sederhana, bersyukur akan menjadi
tantangan sulit jika dihadapkan kepahitan hidup. Mudah jika kita mendapat
kesenangan dan kegembiraan.
Sesuai
arahan dan petunjuk yang disampaikan oleh Guru kita, Bapak Kyai Tanjung,
bahwasanya syukur itu adalah dibuka, terbuka dan membuka.Berasal dari Bahasa
arab yaitu syakaro. Selalu lapang
dada, nyegoro dan bertawakkal. Selalu
terbuka akan setiap kejadian di kehidupan. Memfungsikan mata, telinga dan hati.
Bahwa kehidupan di dunia ini ialah Ayat-Ayat Allah.
Kembali
ke permasalahan awal, apa sih esensi syukur itu ? Syukur itu berasal dari hati,
bukan sekedar ucapan lisan. Bahwa hati ini selalu berusaha menjadi ahli syukur,
berusaha selalu membahagiakan hati ini walau sepahit apapun kehidupan. Laksana
samudra luas yang selalu mensucikan ! Syukur itu terbuka akan masukan, saran
dan kritikan orang lain. Apa makna jika kita mengucap alhamdullilah, jika kita grundel, gondhok, marah serta kecewa ?
Tidak akan menyentuh esensi syukur. Bersyukur itu membuat wajah orang yang mengungkapkanya berseri-seri.
Bersyukur itu membuat orang yang mengaplikasikannya menjadi ringan dan rileks
pikirannya. Selama itu belum terpenuhi , kita belum mencapai indicator syukur.
Semua itu tidak akan terjadi tanpa kita lapang dada dan membuka diri bukan ?
Penulis akui memang sangat sulit
bersyukur dikala ujian dan cobaan mencekik kita. Sebagai manusia bodoh dan
luput, penulis seringkali merasa marah jika mendapat cobaan. Tetapi itu,
menjadi bahan evaluasi diri menuju perbaikan. Penulis mencoba menuangkan
kendala dalam diri sehingga masih kurang bersyukur. Penulis selalu merasa
berputar-putar dengan konsep syukur selama ini dan hingga sekarang belum
menyentuh tatanan praktis, dan penulis akan menjabarkan tiga pokok permasalahan
dalam diri :
1.
Untuk bisa bersyukur, seringlah lihat ke bawah.
Jikalau kita mempunyai mobil, lihatlah teman yang hanya memiliki motor. Ini
merupakan konsep lama.
2.
Penulis sering focus dalam ucapan lisan , bukan
makna kedalaman hati dalam bersyukur. Sehingga hanya lahir saja yang bersyukur,
tapi hati tidak.aa
3.
QS Ibrahim : 7 menerangkan bahwa kalau kita
sering bersyukur, akan mendapat nikmat dari Allah yang melimpah. Menurut
penulis, ini masih tatanan konsep belum menyentuh praktis.
Sungguh luar biasa ilmu dan petunjuk yang disampaikan oleh Bapak Kyai Tanjung. Bahwa syukur itu merupakan kunci entrepreneur. Dengan senjata syukur kita bisa memaksimalkan seluruh potensi dalam diri untuk memakmurkan bumi Allah. Syukur menghindarkan kita dari sifat mengeluh, putus asa, dan merasa “sudah tahu”. Sifat pembelajar sejati pun muncul karena syukur ini. Sehingga jiwa ini tidak tertutup oleh rasa gengsi dan kebisaan dirinya.
Dengan
permasalahan kompleks yang ada, kita masih belum mampu merefleksikan wujud
syukur itu. Perasaan kita selalu tidak bahagia. Alhasil, kita ingin bekerja dan
berkreatifitas selalu dalam tekanan hidup, bukannya menikmati proses yang ada.
Bagaimana
kita ingin berkembang dalam bidang apapun jika tidak mencintainya. Kita selalu
membandingkan kesuksesan dengan orang lain. Iri terhadap nikmat orang lain,
selalu merasa kurang. Padahal indicator syukur yang sederhana adalah bahagia.
Bahagiakah kita disaat mendapat cobaan pahit sekalipun ? Itulah sukses yang
sejati jika kita mampu menjadi “ahli” syukur.
Kita langsung masuk
studi kasus. Semisal ,sekarang Guru kita sedang menggalakan program kemandirian pangan Japo dan tanaman sela. Dalam program itu , beliau mempunyai solusi-solusi dalam menghadapi krisis pangan serta membangun kemandirian masyarakat. Setali tiga uang, beliau menyampaikan bahwa negara ini sedang sulit pangan, otomatis kemandirian pun sulit terbangun. Program ini sejatinya membentuk kita menjadi orang yang ahli bersyukur. Pandai membuka diri, terbuka dan dibuka akan hal-hal yang belum diketahui. Sehingga jiwa pembelajar akan muncul. Tidak ada yang namanya terus mengeluh naiknya harga pangan. Tidak ada namanya marah dan kecewa karena sembako naik.
Memaksimalkan potensi diri dan lingkungan pun ikut terbangun dalam program kemandirian pangan ini. Telinga, mata dan hati yang selama ini kita istirahatkan disuruh untuk bangun kembali. Mata yang selama ini hanya digunakan untuk menonton TV, sekarang digunakan untuk melihat potensi dan peluang disekitarnya. Telinga pun juga ikut bekerja dengan memperhatikan dan menyimak seluruh pembelajaran dan peluang. Serta hati yang selalu istiqomah dan tumakninah dalam menjalankan proses entrepreneur ini dalam lakon ibadah. Coba bayangkan, jika kita selama ini membeli sayur-mayur serta bumbu dapur lainnya, sekarang kita malah memproduksi sendiri sayur-mayur itu. Bahkan kita bisa membagikan kepada tetangga dan bisa kita jual di pasaran. Rukun dan sejahtera pun didapat kan !
Syukur itu bahagia. Syukur itu
lapang dada, terbuka, dibuka dan membuka. Syukur itu sangat entrepreneur.
Syukur itu memaksimal potensi diri dan lingkungan serta memakmurkan bumi Allah.
Jadi syukur berfokus pada keberlimpahan batin akan bahagianya dengan Tuhan.
Sehingga dengan modal awal syukur itu kita bisa terus berkembang. Contoh lagi
setelah kita bisa memproduksi sendiri segala kebutuhan dapur, dan pekerjaan
kita terus berkembang. Pemasaran luas, permintaan akan sayur sehat pun terus
meningkat, otomatis kita berpikir bagaimana ini bisa terlayani. Maka munculah
system online , dengan membuka toko online alhasil permintaan luar kota pun
dapat dijangkau. Otomatis produksi pun meningkat dan membutuhkan seorang man/karyawan. Sungguh sangat indah jika
menimplemetasikan rasa syukur itu. Apapun profesi anda, menjadi siapapun anda.
Semua ladang berkreatifitas dan lakon ibadaah.
Dalaam menuju tujuan, kita otomatis
menemui jalan berbatu, berlubang, genangan air dan masih banyak kendala
lainnya. Namun yang terpenting adalah bagaimana kita bisa konsisten dan konstan
dalam menerapkan syukur yang sesungguhnya. Penulis mencoba menuliskan lagi
kendala-kendala dalam bersukur, terutama kendala yang penulis alami sendiri.
1.
Masih sulit bersyukur apalagi ditengah-tengah
ujian hidup.
2.
Seringkali berburuk sangka kepada Allah SWT
terhadap segala peristiwa
3.
Masih banyak pertanyaan sehingga ragu akan Dhawuh
Guru ; kapan akan terwujud ? bagaimana caranya ? kalau gagal bagaimana ?
4.
Masih mempunya sifat iri dan dengki terhadap
kesuksesan dan kebahagian orang lain.
Daftar diatas adalah
kendala-kendala yang penulis alami dan mungkin juga pembaca mengalami kesulitan
tersebut. Penulis pun terpacu bagaimana cara menghilangkan rasa itu semua.
Mulai dari bertanya, diskusi dan memohon kepada Tuhan agar dihilangkan rasa mengeluh
diatas. Sampai akhirnya penulis penasaran dengan buku berjudul “Aktifkan Rasa
Syukur” karya Valentino Dinsi, S.E , M.M dan Aryojati Ardipandanto , S.IP.
Penulis sangat penasaran dengan buku ini dan akhirnya buku ini menghadirkan
metode-metode praktis dalam kita bersyukur dan berdoa. Metode-metode ini pun
memberikan dampak positif bagi penulis. Penulis selalu merasa bahagia dan
bersyukur, selalu berkeyakinan mantap sehingga syukur tidak goyah karena suatu
cobaan hidup. Dalam kesempatan ini penulis mengutip buku ini tentang Teori
Pengaktifan Syukur / Gratitude feeling
activator. Berikut penjelasannya ;
Dalam buku (Aktifkan Rasa Syukur: 35) dijelaskan bahwa
terdapat rumus yang diformulasikan untuk mengaktifkan rasa syukur. ((M1 + Y + M2) x S x DZ) x KI = DE. Lalu,
(DE + T) x K = SA
Keterangan
M1 : Meminta
Y : Yakin
M2 : Menerima
S : Syukur
DZ : Dzikir
KI : Kenangan Indah
DE : Doa Efektif
T : Tindakan
K : Konsistensi
SA : Sukses Anda
Rumus diatas dapat dinarasikan
sebagai sebagai berikut (Aktifkan Rasa Syukur: 35) ; “Untuk mendapatkan keinginan-keinginan anda melalui doa, anda harus
Meminta PLUS Meyakini bahwa permintaan anda SUDAH
dikabulkan PLUS Menerima segala yang sedang anda lakukan saat ini diiringi dengan syukur dan dzikir terus-menerus dengan dibantu mengingat kenangan indah kita sehingga memunculkan doa yang efektif. Doa
disertai PLUS Tindakan dimana dilakukan secara konsisten akan berbuah menjadi Kesuksesan
bagi Anda”.
Pemahaman Tentang Kenangan Indah
Kenangan indah dalam rumus
diatas adalah suatu aktivitas batiniah kita dimana kita semua mengenang
pengalaman indah yang pernah terjadi dalam hidup kita. Apakah itu pengalaman
masa-masa kecil kita, apakah kita disaat menjuarai perlombaan, apakah kita
pernah berhasil menanam sebuah pohon dan berhasil berbuah jika kita masukan ke
dalam konteks permasalahan yang penulis tulis diatas. Saat kita mengenang
kenangan indah tersebut, hayati dan resapi perasaan kita semua , resapi
sepenuhnya rasa bangga , percaya diri , sukses, bergairah dan gembira. Saat
kita mengingat itu semua tidak peduli kalau itu semua sudah TERLEWAT dan MASA LALU. Hati kita akan merasakan bahagia SAAT ini juga. Pokok yang terpenting ialah kita dapat mengakses
perasaan bahagia dan syukur SAAT ini
juga.
Sebagai Manusia Bodoh, Harus Selalu
Berikhtiar dan Berusaha
Tulisan ini dibuat hanya dengan
satu tujuan yaitu sebagai manusia harus terus berusaha dan berikhtiar menuju
perbaikan. Penulis mencoba merenungi diri sendiri apa yang menjadi kekurangan
penulis yaitu dalam bersyukur. Bahwa syukur itu kunci kehidupan dan kunci
ibadah. Solat tanpa syukur, tidak sah, Khutbah Jumat tanpa syukur tidak sah. Betapa
besarnya syukur itu seperti apa yang disampaikan oleh Guru kita. Dalam proses
menuju lebih baik, alangkah baiknya jika kita terus belajar mengoptimalkan
potensi diri yang sudah diberi Tuhan.
Lewat tulisan ini pula, penulis
menempatkan diri sebagai manusia yang bodoh, tidak tahu apa-apa, tidak bisa
apa-apa. Sampai-sampai bersyukur saja tidak bisa. Penulis hanya ingin memcahkan
permasalahan diri sendiri dengan bijak. Penulis tidak mau menggunakan ide
sendiri, penulis juga butuh pemahaman dan pengalaman orang lain. Semua ini
bermuara pada satu sumber, ingin nderek Guru
secara totalitas !
0 Komentar