Kalau kita sekarang menghayati dan mentafakkuri keadaan dunia terlebih bangsa kita sendiri sudah dalam titik kritis penghancuran. Penghancuran yang saya kira tidak akan lama lagi. Mengapa? Seluruh kejadian, peristiwa dan fenomena ini jelas-jelas menunjukan akumulatif rusaknya moral dan rasional manusia sekarang.
                Ditambah banyak kejadian-kejadian ironi di luar nalar. Kasus-kasus korupsi, SARA, dan saling menjatuhkan antar elemen bangsa. Yang membuat ironis lagi, sebagian besar tersangka adalah tokoh-tokoh pemesan kapling surga. Tidak hanya di atas lembaga negara. Kondisi masyarakat sekarang juga sudah mulai terbelah-belah dan terpecah-pecah. Apalagi kalau dibumbui mengatasnamakan golongan dan kelompok. Lengkap sudah rusaknya rasional dan hati nurani yang seharusnya menjadi pembebas dan penerang hidup kita dari belenggu doktrin-doktrin palsu.
                Sebagai masyarakat biasa yang masih ‘untung’ tidak terjebak dalam dogma dan doktrin agama yang kaku dan terlebih menjadi perjudian. Saya juga bersyukur masih diberi nalar disaat yang lain sudah mulai menggangap kelompok dan golongan paling benar. Sehingga mereka berbangga-bangga dan yakin sudah pasti Tuhan marah saat kelompoknya marah, Tuhan pun juga ikut tidak senang jika kelompoknya tidak senang dengan kelompok lain. Memangnya kita tahu? Nah ini juga sudah termasuk dalam perjudian dalam ‘agama’.
                Hati nurani kecil saya berbisik ketika semalam melihat event yang akan diselenggarakan oleh Jatayu Tv dan Jatayu Media Nusantara dan  tanggal pelaksanaan 9 April 2017 mendatang. Apakah itu Jatayu dan JMN(singkatan Jatayu Media Nusantar). Hal ini membuat saya penasaran dan terlebih didukung dengan tidak adanya muatan provokatif dan kebencian seperti yang ada ‘di sebelah’. Tertera di phamlet diskusi tentang Ketuhanan, Kemandirian dan Kebhinekaan. Sesuatu hal yang sangat mahal di negeri ini. Ketika perbedaan-perbedaan mengotori hati dengan mengolok-ngolok orang lain.
                 Tertera kutipan dari Bapak Kyai Tanjung bahwa “ketidak pastian paradigma, nilai-nilai, visi , misi, dan sasaran memiliki efek pada tata aturan, tata krama, moral dan keringnya jiwa, bahkan terbentuknya jiwa-jowa sekuler materialistik. Orientasi kebahagian hanya materi semata karena orientasi yang fatamorgana yang menjadi penyebab ketidakpastian.” Kutipan tersebut langsung menyentak nurani dan rasionalitas saya. Sudah menjadi hal yang lumrah saat ini ketika sholat rajin, tetapi korupsi juga rajin. Beribadah oke, namun merasa sudah memiliki ‘tiket’ surga. Bahwa kutipan dari Bapak Kyai Tanjung benar adanya, perilaku-perilaku diatas disebabkan orientasi materialistik dan angka-angka dan ketidakpastian dalam prasangka.
                Seketika itu juga saya menjadi ‘over’ penasaran dengan siapa dan apa yang dibawa oleh Bapak Kyai Tanjung. Saya pun juga melihat kutipan Beliau lagi ”Berkontribusi dalam kebersamaan, kekeluargaan , kepedulian, berpikir jernih dan masuk akal, pikiran terbuka, saling menghormati , memaklumi dan jaga kesantunan serta kesatuan NKRI”. Saya juga melihat bahwa kegiatan ini diselenggarakan tanpa label apa agamamu, siapa orang tuamu, apa identitasmu dan dimana kamu lahir. Lagi-lagi saya ibarat tersungkur dan terjun bebas dari langit saat membaca dan memahami kutipan dari  Beliau. “Wah apakah ini jalan kepastian itu ya”Gumamku dalam batin.
                Kemurnian dan keotentikan zat itu pasti memiliki sifat yang susah untuk dilebur. Pasti zat tsb akan mempertahankan sifat kemurniaannya itu. Adapun jika terus menerus dipaksakan kotor akan mengalami klimaks. Klimaks disini akan terjadi goncangan dan kejadian dimana kemurnian tidak bisa dipisah-pisahkan. Pun dalam kehidupan ini, melihat banyaknya kasus dekadensi moral, bencana alam, banyaknya kasus-kasus sosial kemasyrakatan pasti ada yang tersimpan dalam inti manusia ini. Begitu pemikiran rasional saya ketika memahami kutipan Beliau. Lagi-lagi Tuhan hadir di meja kerjaku ini.
                Tuhan pun lagi-lagi hadir di atas meja kerja saya ketika melihat phamlet acara ini membuat saya kaget dan sedikit shock. Bahwa Beliau mengajak seluruh masyarakat yang masih tersisa rasionalitasnya dan merasa ganjil dalam kehidupan beragama saat ini.
Tuhan dengan segala sifat-sifatnya yang Agung pun terasa ‘nampak’ dalam pemikiran saya. Apakah ini wujud kasih sayang Tuhan untuk seluruh umat? Memberikan seseorang yang benar-benar bisa membuka nurani dan rasionalitas semua umat.
Membuka esensi manusia sebenarnya dan tidak terjebak orientasi lahir. Ataukah hanya sekedar rezeki banyak, uang banyak sebagai bentuk kasih sayang Tuhan? Namun apakah berguna jika kita dalam keraguan dalam kebenaran? Apakah harta banyak bisa membawa keselamatan yang benar tanpa perjudian? Titik fokus membawa ku pada saat kematian. Mati ini hanya sekali, kalau tidak selamat bagaimana? Apakah bisa kembali lagi dan memperbaikinya?
Pertanyaanku selanjutnya adalah masih maukah kita sekali lagi terpenjara oleh paradigma, doktrin dan orientasi yang sebenarnya membohongi batin dan rasional kita? Sudah jelas-jelas terpampang di kehidupan ini akibat dari ketidakpastian dan salah orientasi. Saya teringat salah satu joke Cak Lontong ; Mikir dong !!