Tidak sia-sia kemarin (17/4) saya ikut pulang ke Jakarta. Memanfaatkan hak warga negara dalam ajang Pilkada DKI 2017 sekaligus menjenguk ibu yang kebetulan baru operasi myom.

            Sebelum bercerita lebih jauh apa yamg membuat saya bersemangat kembali dalam menjalani kehidupan, saya memulai bercerita saat perjalanan pulang dari Nganjuk-Jakarta menggunakan kereta api Brantas. Dengan jadwal keberangkatan pukul 14.43 WIB
            Selama perjalanan yang ditempuh 13 jam terasa amat berbeda. Perjalanan kali ini terasa sangat melelahkan. Raga ini tidak kuat menahan “sumpek”nya kereta walaupun saat ini kondisi kereta sudah jauh lebih baik dari periode sebelumnya.
            Leher dan punggung tidak ketinggalan menjadi korban keganasan. Berulang kali saya menggerakan dan meregangkan leher dan punggung. Sampai berbunyi “kretek-kretek” menandakan kondisi tubuh yang tidak fit ini.
            Perjuangan pun akhirnya selesai dengan beriringnya sampai di stasiun Jatinegara Jakarta Timur pada pukul 13.33 WIB. Tidak berhenti sampai disitu, saya pun kembali menelan ludah karena saya harus naik mikrolet 06A terlebih dahulu. Menunggu kebiasaan buruk para sopir dengan ngetem lebih dari setengah jam.
            Sempat tertidur beberapa menit akhirnya mikrolet pun berangkat juga. Sambil berdesak-desakan akibat keerakahan sopir yang tetap memaksa walau sudah penuh.
            Akhirnya bapak saya pun menceramahi saya terkait kondisi tubuh yang semakin buruk. Buruk mulai dari tubuh yang semakin menggempal hehe, dan juga tubuh yang gampang lelah.
            Baru kali ini saya sadar dan tersengat akibat tidak menjaga kesehatan tubuh dan menyeimbangkan pikiran dan raga. Waktu membawaku kembali ke beberapa bulan yang lalu. Saat produktifitas saya sebagai wartawan dan mahasiswa menurun. Tingkat kehadiran saya dalam kuliah pun juga ikut menurun.
            “Oh iya Bah, mas mulai jaga pola makan dan olahraga biar sehat.” Jawabku.Tetapi saya tidak mau kebangkitan ini berhenti di jargon saja. Perlu aksi nyata dan bergerak aktif untuk terus menjaga kesehatan.
            “Ayo dar, besok pagi kita ke rumah mbah. Disana ada alat terapi , mumpung disini.” Ajak Bapak ku. “Alat terapi apa ya?” jawabku penasaran.
            Matahari pun muncul dengan elok di ufuk barat. Tidak ketinggalan juga saya yang telah mendahuluinya hehe. “Tumben banget” kataku dalam hati. Hari ini dimulai dengan beres-beres rumah, aku memulainya dengan mencuci piring. Setelah itu menyapu, mengepel dan menjemur pakaian. Lumayan lah, olahraga dikit-dikit,anggap aja pemanasan.
            Maklum semua pekerjaan aku yang melakukan. Ibu  dirumah tidak boleh terforsir kerja berat karena masih dalam recovery  pasca operasi myom.
            Pagi ini membawa semangat baru untuk lebih bekerja keras dalam menentukan target kesuksesan yang sudah dibuat. Percumakan sudah dibuat tapi tidak dikejar?
            Setelah mandi dan siap-siap selama 30 menit. Akhirnya aku dan bapak berangkat pukul 10.00 pagi ke rumah mbah dibilangan Kemayoran , Jakarta Pusat. Tekad pun semakin membulat untuk mulai hidup yang lebih baik lagi.
            Berkendara dengan motor Shogun selama 35 menit, akhirnya sampai juga di rumah mbah. Tidak ada berubah di rumah nenek ku ini setelah terakhir aku lihat sekitar 6 bulan lalu. “Assalamulaikum mbah, ini Haidar.” Setelah mengetuk beberapa lama akhirnya nenek ku membukakan pintu. Dengan wajah penuh rasa kaget dan sumringah, beliau menyambut ku dengan pelukan hangat.
            Tanpa ba bi bu, bapak pun langsung mengajakku langsung ikut terapi. BApak ku pun membuka alat yang seperti tikar , namun lebih tebal ,ada kabel dan ada pengatur suhu.
            “Nah sini dar, tiduran di sini selama 2 jam. Ganti kaos yang tipis biar menyerap keringat” Ujar Bapakku. Nenek ku pun langsung mengambilkan kaos oblong putih dan berkata “Ini dar , baju Om Tio dulu saat kuliah.” Aku pun mengangguk dan tersenyum.
            Langsung saja aku setel thermostat ke angka 70 derajat celcius. Awal-awal mencoba kulitku masih menyesuaikan suhu karpet terapi ini. Sambil merenung dan beristighfar apa yang telah aku lakukan selama ini, suhu pun naik sendiri hingga 75 derajat celcius.
            Setelah rebahan hamper 15 menit terapi , ada hasil yang luarrrr biasa. Pinggang dan punggung yang selama ini gampang lelah dan sakit, hilang dan rileks sekali rasanya. Leher pun tidak luput terpapar manfaat terapi ini. Leher yang selama ini gampang pegal dan lelah, kali ini pun terasa nyaman dan hangat.
            Hampir 20 menit terapi dari 2 jam yang harus dilalui, aku pun sudah merasa mengantuk. Enak banget sih hehe, terasa nyaman dan rileks. Keringat pun bercucuran dari seluruh tubuh. “wah seperti sauna aja nih. Mantep lah.” Kataku dalam hati.
            “Dar, dar bangun. Udah 1,5 jam nih.” Bapak ku mnyuruh bangun. Sontak aku terkejut dan melihat tubuhku kebanjiran keringat hehe. Bangun pun tidak merasa sakit akibat di kereta kemarin.
            “Dar, liat mbah tuh. Rajin terapi dan beraktifitas, jadi tetap sehat sampai sekarang.” Sindir bapak ku. Banyak sekali pelajaran yang saya ambil hari ini. Memang banyak sekali yang membuat kita takluk dari rasa mals dan tidak disiplin. Namun usaha dan doa tetap terus dilakukan oleh seorang hamba Tuhan.
            Melihat nenek dan kakek ku yang sudah berusia kepala tujuh, namun tetap semangat menjalani hidup membuat jiwaku bergetar. Beliau berdua terus mengucapkan syukur atas nikamt Tuhan. Beda dengan aku yang terus frustasi atas hidup ini, yang tidak pernah bertafakkur dan kontemplasi atas apa yang telah dilakukan. Sesuai dhawuh Bapak Kyai Tanjung “Sabar itu jika kita mau memaksa diri dan jiwa untu berbuat kebaikan.”
            Dhawuh beliau pun juga mengingatkan ku atas masa depan ku. “Masa depan ditentuka oleh keadaan saat ini, detik ini.” Bagaimana saya mau menatap masa depan yang cerah kalau aku sendiri tidak semangat dan sering takluk oleh rasa malas. Namun aku berharap, bulan ini, hari ini sebagai awal semangat dan pemicu kerja keras untuk sukses. Dengan kondisi tubuh yang semakin baik dan fit, mudah-mudahan sebagai modal awal untuk menatap masa depan yang lebih baik lagi. Diawali dengan giat menulis, menulis dan menulis lagi yang sudah lama berhenti. Tulisan ini pula sebagai gerakan awal perubahan hidup.