Pak Irawan adalah salah satu
Jamaah Jatayu yang berhasil menerapkan program kemandirian pangan dari Bapak
Kyai Tanjung. Program ini adalah solusi dari mencekiknya masalah pangan. Sitem
yang digunakan dalam semua program Bapak Kyai Tanjung adalah Pola Tatanan Sehat
Amanah (PTSA) yang menjadi fundamental dalam kehidupan. Pak Irawan adalah
aplikator program Kemandirian Pangan Nusantara Bangkit, beliau telah
mengaplikasikan tanaman sela seperti sawi, selada, kangkung dan bayam. Tidak
hanya itu, beliau juga mengaplikasikan program dengan budidaya cacing, lele,
belut dan lebah lanceng.
Tidak hanya solusi atas
masalah ketahanan pangan. Namun program Bapak Kyai Tanjung ini juga mengedepankan
proses yang sehat dan organik. Segala hasil panen dan budidaya ini mengandung
kaya gizi dan protein yang di kemas dengan sistem PTSA. Tidak diragukan lagi
program ini mampu mengatasi gejala gizi buruk di negeri tercinta ini.
Dengan kondisi jumlah penduduk yang membludak menjadi 238,5 juta jiwa
(Sensus Penduduk 2010). Indonesia menjadi negara terbesar ke-4 di dunia dalam
jumlah penduduk di bawah China, India, dan Amerika Serikat. Laju pertumbuhan
penduduk Indonesia rata-rata tercatat sekitar 1,5 persen per tahun atau
penduduk Indonesia bertambah sekitar 32,5 juta jiwa selama 10 tahun terakhir. Tekanan penduduk terhadap ketahanan pangan
membesar dalam konteks pangan, perkembangan kuantitas penduduk Indonesia
membawa dampak pada perubahan kebutuhan dan produksi pangan nasional. Kebutuhan
pangan bertambah seiring pertambahan jumlah penduduk.
Keadaan ini diperburuk dengan
kondisi jumlah keluarga yang terjun untuk menjadi petani. Hal ini didukung
dengan data Rumah Tangga Petani (RTP) berkurang hasil Sensus Pertanian 2013
(ST2013) menunjukkan, jumlah rumah tangga petani pada 2013 tercatat 26,14 juta
rumah tangga petani (RTP) atau terjadi penurunan sebanyak 5,04 juta RTP dari
31,17 juta RTP pada 2003. Laju penurunan 1,75 persen atau lebih dari 500 ribu
rumah tangga per tahun. Jadi bisa dibayangkan peningkatan jumlah penduduk tidak
dibarengi luas lahan di Indonesia.
Sekitar jam 8 pagi kami sampai di kediaman pak
Irawan.Setelah beberapa menit
menunggu. Akhirnya beliau menjawab “bahwa inti dari kemandirian adalah kebersandaran. Kebersandaran lebih
lanjut penjelasan beliau adalah wujud nyata menjalankan perintah Rasulullah.”
“Untuk memurnikan perspektif mandiri kita
harus harus tahu pegangan kita, ya pegangan kita adalah kebersandaran terhadap utusan-Nya”
jelas Pak Irawan. “Kalau kita sudah dalam kebersandaran, otomatis jiwa ukril
kita muncul.”
Ibarat kita ingin membangun rumah. Hal yang
utama adalah membangun pondasi. Kalau pondasi
sudah terbentuk, tergantung kreatifitas kita ingin mendesign rumah
seperti apa. Begitu analogi yang saya simpulkan dalam sela-sela wawancara. “Segala
sesuatu tidak akan berjalan atau sia-sia jika kita tidak menanam jiwa profesionalitas
,tatag, tawakal dan istiqomah” lanjut pak Irawan.
Sehingga jika kita sudah mempunyai jiwa
seperti itu , kita akan memaksimal potensi diri dan lingkungan. Sehingga
menghasilkan sinergi yang positif dengan lingkungan. “Menjadi kader-kader
pejuang bela Guru, tidak perlu repot-repot. Hanya menjalankan program
Beliau (Bapak Kyai Tanjung) itu sudah termasuk bela Guru,” sambung pak
Irawan.
Satu hal yang paling utama lainnya adalah
keberadaan ego dalam diri. Maksudnya ego dalam diri disini adalah mengaku bahwa
dirinya lah yang paling bisa, segala kepintaran dan kekuatan adalah murni dari
dirinya sendiri. “Dalam kemandirian, ego juga termasuk penghalang yang paling
besar,” sambung pak Irawan.
Dalam kehidupan ini seringkali kita tidak bisa
menerima realitas atau kenyataan yang ada. Seperti keadaan saat ini melonjaknya
harga cabai. Naiknya pun sudah menjadi kegiatan rutin. Demo menurunkan harga
cabai pun sudah lumrah terjadi dimana-mana. Harapan dan keadaan menjadi hal
yang sulit diraih, bahkan hanya untuk memperpendek jarak tersebut .Mengeluh,
mengeluh dan mengeluh yang hanya kita bisa lakukan. Sehingga hal duniawi dapat
mengotori dada ini. “Dalam kemandirian, kita juga harus membuka mata atas apa
yang terjadi di hidup ini” ujar Pak Irawan.
“Sesudah kita membuka mata realitas kehidupan.
Selanjutnya adalah mengaktifkan rasa syukur itu sendiri. Syukur bermakna
terbuka. Membuka mata, telinga dan hati untuk terus belajar. Sehingga ego diri
seperti sok bisa dan pengakuan bisa terkikis. Itulah Dhawuh Bapak Pimpinan”
lanjut Pak Irawan menerangkan.
Barulah jiwa istiqomah, tumakninah, profesionalitas
terbangun secara terintegrasi. Tidak bisa dipisah-pisah. Profesionalitas
terbangun karena jiwa kita terbangun karakter istiqomah dan tumakninah. Terus
menerus untuk belajar dan berusaha sesuai Dhawuh Bapak Pimpinan “Ibadah itu
tidak hanya solat, namun segala aktifitas itu ibadah jika niat Dhawuh Guru.
Untuk membuktikan keimanan dan atsar sujud (bekas sujud).
“Lalu pemahaman Pak Irawan mengenai
kemandirian sebelum seperti sekarang ini, seperti apa pak?” lanjut
pertanyaanku. Waktu sudah menunjukan pukul 09.50 pagi. Suasana masih akrab
untuk proses wawancara. “Menurut pemahaman saya tentang mandiri saat itu adalah
tentang materi/harta. Jadi kita masih terbayang-bayang tentang materi itu.
Menurut saya, ya bukan mandiri lah!”
Menurut Pak Irawan sekarang ini program
pemerintah ketahanan pangan tidak berhasil jika masyarakat tidak punya
kesadaran ini. “Percuma jika ingin ketahanan pangan. Jika keluarga belum
memiliki kesadaran utuh tentang kemandirian pangan ini.”
Setelah puas mengabadikan gambar, kami pun
kembali ke ruang tamu untuk melanjutkan wawancara yang sempat tertunda. “Nah
lanjut ya, jadi keluarga kami ini bisa dibilang sudah tidak perlu lagi belanja
dari luar. Kalo anak-anak mau protein, tinggal ambil saja lele atau belut.
Kalau anak-anak sakit, minum saja madu lebah lanceng. Lebih terjaga dan sehat.”
Sambung Pak Irawan.
“Insya Allah, kalau kita menerapkan
program-program Beliau dengan totalitas, maka kita akan mandiri secara lahir
dan batin. Tidak ada lagi namanya ego, malas, dan dengki. Juga tidak ada lagi
yang namanya makanan tidak sehat. Semua sehat dan menyehatkan” ujar pak Irawan.
“Lalu , bagaimana pak jika ada yang bekerja dan tidak ada waktu untuk
melaksanakan program Beliau?” tanyaku. “Wah bohong itu. Pastilah kita punya
waktu untuk mengurusinya” balas pak Irawan.
Seperti yang diketahui warga civitas Pomosda,
Pak Irawan merupakan salah satu ustadz yang terkenal super sibuk. Seringkali
pergi beberapa hari untuk mendampingi program tanaman sela di kalangan Akmil.
Mengurusi Upt. MAKARTI yang dibawahinya. “Wah bagaimana ya proses bagi
waktunya?”. Gumamku dalam hati.
“Coba kita tulis jadwal kita dari pagi sampai
malam. Perhatikan jam-jam tersebut. Pasti ada yang kosong. Tidak mungkin kita
penuh seharian gak ada waktu.” Itulah tips dari pak Irawan untuk mengatur waktu
kita. “Seandainya jika saya sibuk, saya pasti komunikasi dengan keluarga.
Sebelum saya melaksanakan program ini, saya musyawarah dengan keluarga. Apa
saja yang akan dibuat. Lalu bagaimana cara mengurusinya. Semua itu perlu
dimusyawarahkan. Bahkan anak-anak saya juga diajari cara merawatnya” jelas pak
Irawan.
Dalam kemandirian semua sudah dilaksanakan
sesuai dengan dhawuh Guru yaitu “Ciri-ciri orang mandiri itu adalah
komunikatif, asosiatif, dan bertanggung jawab. ”Mulai dari berkomunikasi dengan
keluarga dan sahabat untuk membantu dan berbagi dalam melaksanakan program
Beliau. Kemampuan asosiatif atau menghubung-hubungkan. Atau lebih dimaknai
dengan kreatif. “Kalau kita kreatif
dengan bersandar Dhawuh Guru, semua jadi enak. Batin pun enak, tidak ada ego
keakuan. “ lanjut Pak Irawan. Dengan begini kemampuan kita akan terus
berkembang. Batin pun juga ikut berkembang. Ide-ide akan terus bermunculan.
Kalau memang kondisi tidak bisa pertanian. Masih ada acara lain seperti
perikanan, budidaya cacing dll” terang pak Irawan.
Hubungan dengan tetangga pun juga lebih baik.
Menurut pak Irawan banyak juga tetangga yang mengikuti jejak pak Irawan.
Akhirnya hubungan silahturahmi antar warga terjalin. “Tetapi yang lebih penting
adalah mendakwahkan ajaran Beliau tanpa memaksa. Bisa mengajak tetangga dengan
baik. Kalaupun ada warga yang kesulitan mengaplikasikan, saya juga turut
membantu.”.
Tidak hanya solusi atas
masalah ketahanan pangan. Namun program Bapak Kyai Tanjung ini juga
mengedepankan proses yang sehat dan organik. Segala hasil panen dan budidaya
ini mengandung kaya gizi dan protein yang di kemas dengan sistem PTSA. Tidak
diragukan lagi program ini mampu mengatasi gejala gizi buruk di negeri tercinta
ini.
Gizi buruk dan mal nutrisi juga menjadi hal serius yang harus
ditangani pemerintah. Menurut data dari kebijakan Kementerian Kesehatan yang mengacu
pada Penerapan Pendekatan Keberlanjutan Pelayanan (Continuum Of Care) dan telah
dilaksanakannya Studi Diet Total (SDT) oleh Kementerian Kesehatan melalui Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan pada tahun 2014, maka selanjutnya akan
digambarkan situasi kecukupan asupan energi penduduk indonesia dilanjutkan
situasi gizi ibu, bayi dan balita, anak sekolah dan remaja serta usia dewasa
dari berbagai sumber yang disandingkan dengan hasil SDT 2014.
Terlihat bahwa rerata tingkat kecukupan energi
penduduk Indonesia hanya sebesar 76,6% dengan 45,7% penduduk Indonesia
mengonsumsi energi ≤70% AKE dan 5,9% penduduk mengonsumsi energi ≥130% AKE.
(AKE=Rerata tingkat kebutuhan energi).
Diperkuat
dengan data dari UNICEF yang meniliti dan membantu tingkat kesejahteraan anak
di Indonesia bahwa 1 dari 23 anak meninggal sebelum umur 5 tahun. Jadi 150.000
anak setiap tahun meninggal sebelum usia 5 tahun. Serta satu dari tiga balita
terhambat pertumbuhannya.
Menurut data diatas sudah
sangat kritis kualitas pangan di Indonesia. Apakah kita sudah melek melihat
kejadian tersebut di sekitar kita. Maka dari itu program budidaya yang dilaksanakan
oleh Pak Irawan bisa dijamin kualitasnya.
“Coba pak bisa diterangkan cara-cara budidaya
yang ada disini?” tanyaku. “Mulai dari cacing dulu ya. Karena dalam budidaya,
sumber pakan harus terpenuhi 80% dalam manajemen budidaya. Dulu saya memberi pakan
lele itu beli. Pelet itu juga relative mahal. Dan belum terjamin kualitasnya.
Alasan itulah saya memilih cacing.” Ujar pak Irawan. Kalau pakannya organic,
otomatis lele yang dihasilkan juga organic.
Dalam wawancara, pak Irawan menjelaskan bahwa
budidaya cacing di rumahnya bisa panen setiap hari. Karena tidak butuh waktu
lama untuk panen. Di kediaman beliau terdapat 11 kotak cacing. Setiap kotak
terisi 3 kg cacing. Sumber pakan cacing pun juga sangat mudah. Bisa didapat di
pasar-pasar. Seperti sayur-sayuran bekas dan gamblong. Bahan-bahan ini juga
diberi Manutta bawah sebagai fermentasi. Pemberian pakan setiap sore jam 17.00.
Tidak hanya
menjadikan cacing menjadi pakan lele dan belut. Pak Irawan uga memanaatkanya
sebagai peluang usaha yang lain. Yaitu sebagai pakan burung. Beliau membeli
plastic kecil dan membungkus denga isi 15 cacing/plastic. Satu plastic dihargai
Rp 1 “Lumayan lah, sebagai penambah penghasilan hehe” sambung beliau.
Sejatinya kandungan pellet
dominan berbahan baku dari tepung ikan sekitar 30-40 %, oleh karena itu
pemberian pakan alternatif menjadi solusi terbaik untuk mengatasi dan
meminimalisir pengunaan pellet buatan pabrik dengan pemanfaatan budidaya cacing
lumbricus ,yang menurut
para ahli mengandung mengandung kadar protein yang sangat tinggi sekitar 76 %,kadar yang
tinggi dibandingakan dengan daging mamalia 65% atau ikan 50 %. Kandungan
nutrisi cacing pun tidak main-main mengandung protein 68%,asam glutamat 8.98 %,treonin 3.28%,lisin 5.16%,glycine 3.54%
Setelah puas dengan cacing,
kami pun berpaling ke budidaya belut. Nah belut juga merupakan sumber protein
hewani yang cukup tinggi. Dalam proses pembuatan media dibutuhkan drum yang
sudah dimodifikasi. Di kediaman pak Irawan terdapat 6 drum. Karena belut habitat
utamanya adalah lumpur , maka kita mengambil lumpur dari sawah untuk adaptasi.
Tidak hanya itu, belut juga perlu tambahan media yaitu media bokashi.
“Media bokashi itu
campuran media tanah dengan bahan kombinasi berupa bahan utama 40% jerami padi,
30% pupuk kandang, 20% bekatul, dan 10% potongan batang pisang, dan ada pula
bahan campuran Manutta Gold B, dan air bersih. Nah, cara pembuatannya,
pertama cacah jerami serta potong batang pisang, lalu dikeringkan. Campur
sedikit demi sedikit jangan sepenuhnya basah. Tutup dengan karung goni/terpal
selama 4-7 hari, bolah - balih supaya tak membusuk. Lalu tahapan selanjutnya
mencampurkan media tanah dengan bokashi tadi di dalam tong atau drum. Masukkan
air sampai tingginya 5 cm. Diamkan sampai matang, tanda – tanda matang itu bila
ditekan oleh ranting kecil dan dicabut ranting tersebut, tidak ada buih.
Sehabis itu masukkan bibit.” Itu merupakan proses meminimalkan kandungan metan
dalam drum.
Bibit yang dimasukan ke
setiap drum adalah 1,5 kg. Belut ini merupakan
hewan hemaprodit atau biasa disebut berkelamin ganda. Pemberian pakan belut
setiap hari jam 7 malam. Pakan belut adalah cacing lumbricus yang dibudidaya
sendiri Belut biasanya dipanen setiap 4 bulan sekali. Biasanya hasilnya per drum
adalah 2 kg dari 1-1,5 kg bibit yang dimasukan.
Pak Irawan juga sekarang
sedang focus melakukan pembenihan bibit belut. Dikarenakan sekarang bibit belut
agak mahal dan juga jauh jarak pemebeliannya. “Saya biasanya beli bibit dari
kawan saya di Bojonegoro . Harganya 40 ribu/kg.” Saat ditanya sumber referensi
untuk melakukan pembenihan beliau menjawab “Ya sumber utama dari Bapak Pimpinan
dong.” Pak Irawan juga menjelaskan bahwa Bapak Kyai Tanjung sudah
budidaya cacing, belut, lele dan jamur tiram sejak tahun 2007. “Jadi saya
benar-benar belajar dari Beliau”.
Saat asyik-asyiknya mengobrol
santai, kami pun disuguhi dua kopi hangat. “Wah enak nih kalo ditambah madu
hehe” kataku. “Mau cobain madu lebah lanceng? Sebentar saya ambilkan.” Balas beliau. Kurang dari 5
menit, beliau kembali sambal membawa jirigen kecil yang isinya hampir habis.
“ayo tam, cobain.” Ajak ku. “Rasanya manis dan agak asam.” Sambung Tami.
“karena karakter dari madu lebah lanceng tidak ada sekat. Propolis, nektar, dan
semua kandungan menjadi satu.” Jelas beliau terhadap kami. Budidaya lebah
lanceng ini menurut beliau sangat mudah dan hasilnya juga menguntungkan.
Satu rumah lebah dapat memproduksi 150-200 mL
madu per 3 bulannya. Meski lebih sedikit dari lebah lainnya dalam hal jumlah
produksi, harga madu dari lebah lanceng bernominal lebih banyak. 200 mL madu
dihargai sebesar Rp 100.000,-.
Kandungan vitamin dari madu lebah lanceng adalah Thiamin (B1), Riboflavin
(B2), (B3), Asam Askorbat (C), (B5), Piridoksin (B6), Niasin, Asam Pantotenat,
Biotin, Asamfolat dan vitamin. Kandungan mineral
juga tidak kalah
seperti Natirum (Na), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Alumunium (A1), Besi
(Fe), Fosfor dan Kalium (K), Pottassium, Sodium Klorin, Sulfur. Sangat lengkap
sekali kandungan madu ini. Enzim pun juga terkandung dalam madu ini seperti Diatase,
invertasem glukosa oksidase, fruktosa, peroksidase, lipase juga mengandung
sejumlah kecil hormon, tembaga, iodium dan zinc.
Salah satu kelebihan budidaya lebah
lanceng adalah adalah tidak menyengat dan aman untuk anak-anak. Selain itu
untuk sumber pakan lebah bisa mereka cari sendiri jikalau tidak ada bunga bisa
beli madu lalu kasihkan ke mereka. Dengan ukuran rumah yaitu 10x15x30 cm. Dan
diisi bibit sebanyak 2000-2500 buah. Bibit bisa beli atau cari sendiri di
hutan. Masa panen lebah lanceng ini adalah 3 bulan sekali.
Setelah menghabiskan beberapa
sendok madu si lanceng ini, Pak Irawan pun lanjut menceritakan budidaya lele.
Kenapa lele yang dipilih ? Karena budidaya lele ini sangat mudah. Apalagi
ditambah sumber pakan utama adalah cacing. Sehingga tidak membutuhan biaya yang
banyak. Lele juga merupakan sumber protein yang tinggi.
Tak hanya murah, lele juga mengandung berbagai
macam zat yang dapat menyehatkan tubuh. Dalam 500 gram ikan lele atau jika
dihitung per bijinya kira-kira terdiri dari 4 ekor ikan lele, mengandung
setidaknya 12 gram protein dan energi sebanyak 149 kalori.
Selain itu dalam 500 gram ikan
lele juga terdapat lemak sebesar 8,4 gram serta karbohidrat mencapai 6,4 gram.
Lele juga mengandung omega 3 yang sangat baik untuk menjaga kesehatan tubuh.
“Pakan lele ini juga
sebenarnya bukan hanya cacing. Saya juga menggunakan bekicot/keong sawah dan
pelet, tetapi hanya 5 % saja.” Untuk pencarian bekicot, biasanya meminta
bantuan tetangga. Dan sudah dalam kondisi terkelupas dari cangkang dan dicacah
kecil-kecil. Pemberian makan dua kali sehari yaitu pada pukul 06.30 dan 19.30.
Masa panen lele ini adalah 3-4 bulan sekali.
“Tidak ada alasan lagi untuk
tidak menjalankan program Beliau. Kalau di sekitar rumah tidak ada lahan untuk
kolam lele. Bisa menggunakan drum yang cenderung vertikal sehingga tidak
membutuhkan lahan luas.” Tegas pak Irawan.
Tidak hanya edukasi untuk diri sendiri, namun
edukasi kesadaran hidup sehat bagi seluruh anggota keluarga. “Jadi misalnya
ingin nasi goreng plus sawi tinggal ambil. Kalau mau protein ada belut dan
lele. Tambah sehat jika ditambah madu hehe” jelas pak Irawan.
Anak-anak pun juga terdidik. Terdidik untuk
lebih peduli terhadap lingkungan. “Sering setiap sore Andika menyiram tanaman,
diikuti oleh adiknya. Bisa dilihat sendirikan anak-anak lebih aktif bergerak
hehe” canda pak Irawan.
“Tidak hanya bagus untuk anak-anak. Kandungan
budidaya diatas juga baik untuk ibu-ibu hamil. Jadi bisa dibayangkan, betapa
hebatnya program dari Beliau ini”. Sambung Pak Irawan.
Karena gizi ibu hamil perlu mendapat perhatian
karena sangat berpengaruh pada perkembangan janin yang dikandungnya. Sejak
janin sampai anak berumur dua tahun atau 1000 hari pertama kehidupan kecukupan
gizi sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik dan kognif. Kekurangan gizi
pada masa ini juga dikaitkan dengan risiko terjadinya penyakit kronis pada usia
dewasa, yaitu kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi,
stroke dan diabetes. Pada masa kehamilan gizi ibu hamil harus memenuhi
kebutuhan gizi untuk dirinya
dan untuk pertumbuhan serta perkembangan janin karena
gizi janin tergantung pada gizi ibu dan kebutuhan gizi ibu juga harus tetap
terpenuhi.
Asupan
gizi ibu hamil menurut Sistem Diet Total (SDT) 2014 mendapatkan bahwa baik di
perkotaan maupun di perdesaan, lebih dari 50% ibu hamil mendapatkan asupan energi yang kurang dari 70% AKE dan hanya 14% yang
tingkat kecukupan energinya cukup. Demikian pula kecukupan protein, 49,6% ibu
hamil di perkotaan dan 55,6% di perdesaan mendapatkan asupan protein ≤80% Angka
Kecukupan Protein (AKP). “Itu semua bisa dicukupi dengan hasil budidaya yang
sehat dan organik dengan PTSA”. Ujar Pak Irawan.
Saat ditanya resep supaya berhasil dalam
budidaya ini semua adalah mengerjakan dengan hati. “Selalu bekerja dari hati,
hati yang selalu dilatih dengan bersandar, dzikir dan nderek Guru
Wasitoh dan selalu peduli dengan memperhatikan semua ternak.. semisal, saya
harus melihat kandang dari lebah lanceng, haruslah nyaman dan dalam kondisi
baik. Coba kalo kita hidup di rumah yang kotor, nyaman gak kita” jelas pak
Irawan.
0 Komentar