“masa depan sangat ditentukan oleh apa yang kita lakukan saat ini, detik
ini”
Kyai Tanjung
”Kita adalah apa yang kita lakukan berulang-ulang. Karena itu
keunggulan bukanlah suatu tindakan, melainkan kebiasaaan”
Aristoteles
Pasti kita sangat membutuhkan konsentrasi dan focus penuh
saat kita memulai belajar sesuatu. Semisal saat kita berumur 5 tahun yang
sedang belajar mengendarai sepeda. Kita menghabiskan banyak tenaga dan pikiran
saat belajar mengendarai sepeda yang notabene awam untuk seumuran itu.
Dibutuhkan
waktu yang cukup lama. Penulis saja belajar sepeda sampai sebulan penuh, itupun
tidak ada waktu istirahat, pagi hingga sore. Mulai belajar dari cara memegang
stang yang benar, cara menyeimbangkan tubuh, cara mengerem yang baik hingga
improvisasi yaitu cara bermanuver.
Setelah
sekian lama berlatih hingga berhari-hari, penulis pun mendapat keyakinan diri
bahwa penulis bisa mandiri mengendarai sepeda. Tidak perlu membutuhkan
konsentrasi tinggi lagi dalam menunggangi sepeda. Mengalir begitu saja, live in the flow.
Hikmah yang bisa penulis
ambil setelah sekian lama latihan adalah bersabar dan istiqomah. Tidak berhenti
disini saja, penulis yakin saat itu jikalau kita terbiasa latihan dan
mengendarai sepeda pasti lama-kelamaan akan bisa. Penulis pun ambil keputusan
untuk pergi ke sekolah dengan sepeda. Untuk satu alasan, biar tidak lupa cara
bersepeda !
Cerita
diatas sudah terjadi 15 tahun yang lalu. Ketrampilan penulis dalam bersepeda
hingga saat ini umur 19 tahun masih ada kok. Tidak hilang dalam ingatan otak.
Bahkan malah lebih handal lagi dalam bersepeda dengan lepas tangan. Hebat kan !
Pasti
kita sering melihat di TV bagaimana seorang pelatih sepak bola mengatur
strategi dan formasi dalam sepak bola. Segalanya diperjuangkan untuk memenangkan
pertandingan. Segala keputusan , pertimbangan dan pemikiran berjalan mengalir
di pikiran pelatih tersebut. Hingga akhirnya pelatih itu memenangkan
pertandingan. Seringkali kita berpikir bahwa segala tindakan yang kita ambil
merupakan hasil pembuatan keputusan. Anggapan tersebut adalah salah. Bukan
berarti kita tidak berpikir matang-matang dalam pengambilan keputusan, namun
kebiasaan itulah yang membimbing kita bertindak seperti kebiasaaan kita.
Penulis
ambil contoh lagi dalam kehidupan sehari-hari. Saat kita makan, minum, mandi
berpakaian dll apakah kita berpikir dahulu jikalau makan menggunakan tangan
apa, membaca doa dulu atau tidak, mau keramas atau sikat gigi dulu. Semua
aktifitas itu tidak perlu dipikirkan lagi, itu semua adalah akumulasi adari seluruh
kebiasaan kita. Dikuatkan lagi oleh ilmuwan tentang kebiasaan yaitu hidup kita
ini adalah sekumpulan kebiasaaan. Seperti ungkapan Sean Covey “Mula-mula kita
yang membentuk kebiasaan dan kemudian kebiasaaanlah yang membentuk kita.”
Penulis
pun tersadar dari apa yang penulis alami dulu dan kesadaran penulis akan
hebatnya kebiasaan dengan membaca buku karangan Akbar Kaelola yaitu ”The Secret
of Habit”. Buku ini menjabarkan proses mekanisme kebiasaan terbentuk di otak,
kisah-kisah inspiratif dan tips-tips mengubah kebiasaan buruk.
Lewat
tulisan sederhana ini, penulis mencoba menyampaikan pendapat bahwa Dhawuh
Beliau tentang syaraf dan galur otak itu sangat berkaitan sekali dengan
penelitian-penelitian syaraf. Bahwa Beliau mencoba mengingatkan kita kembali
dengan Dhawuhnya yaitu “masa depan sangat
ditentukan oleh apa yang kita lakukan saat ini”. Jadi penulis mencoba
mengambil garis lurus apa yang disampaikan oleh Guru kita adalah pa yang kita
ingin capai, ingin jadi seperti apa kita, apapun yang ingin kita raih , hanya
satu hal yang bisa jadikan kunci sukses yakni; kebiasaan.
Kebiasaan
mental pun tidak luput dari dahsyatnya kebiasaan mengendalikan hidup kita. Mulai
dari pribadi yang suka marah, pasti kalua kena senggolan sedikit pasti akan
tersulut emosi. Jikalau kita mudah menghina, pasti kalau ada cela sedikit untuk
menghina , langsung tanpa ba bi bu.
Penulis
juga menyajikan hasil penelitian tentang cara kita bertindak setiap hari. Bahwa
dari 11.000 sinyal informasi yang diterima otak hanya 30 % yang diproses secara
sadar. Bayangkan 70 % tindakan kita dibentuk oleh kebiasaan. Hasil penelitian
lain juga telah menganalisis 95 % respon manusia terhadap kondisi tertentu
terjadi secara otomatis. Karena itu, setinggi apapun kualitas hidup kita
ditentukan oleh kebiasaan. Subhanallah.
Semua hasil penelitian ini mengukuhkan kita bahwa Dhawuh Beliau juga terbukti di
penelitian, dan semoga ini menjadi pemacu kita semua bahwa totalitas nderek suatu kemutlakan.
Kebiasaan
adalah suatu senjata luar biasa menggapai kesuksesan dunia dan akhirat.
Kebiasaan baik dan produktif pasti akan mendukung seseorang menuju kesuksesan.
Kalau kita ingin menjadi penulis hebat, otomatis pekerjaan menulis menjadi
kebiasaan dari semula yang jarang menulis. Kebiasaan negatif bisa menyebabkan
menurunnya produktifitas dalam berkreati dan berinovasi dan pada titik nadir
menjadi penghambat kesuksesan seseorang.
Penulis
juga pernah merasakan kebiasaan negatif saat penulis lebih memilih duduk di
sofa empuk. Ditemani cemilan dan menonton TV, semangat berolahraga pun turut
larut dan hilang. Penulis pun sadar kesuksesan tidak akan dicapai dengan cara
itu. Perlu kerja keras dan ketekunan untuk menggapai mimpi. Bisa dibayangkan
jika penulis terus melakukan kebiasaan buruk diatas, jadi lembek dan cengeng !
Kebiasaan
juga lah yang membentuk ketrampilan kita, baik itu bidang olahraga, pelajaran,
memecahkan masalah, cara berinteraksi dengan orang lain dan masih banyak hal
dalam hidup ini yang ditentukan kebiasaan. Semakin seseorang hebat dalam skill dalam menjalankan aktifitas,
sebelumnya dia juga pasti sering melakukan aktifitas tersebut. Seorang petenis
yang mampu memukul bola dan berlari dengan gesitnya seperti Venus dan Serena
Williams mulai berlatih dari umur 5 tahun. Mereka berlatih pagi hingga sore.
Ayah mereka pun juga melempar bola hingga 1000 lemparan, sebanyak itu pula
kakak beradik ini memukul bola. Namun , apa yang mereka dapatkan setelah
latihan berat itu ? Mereka menjadi petenis legendaris dunia, yang mampu merebut
banyak gelar kejuaraan. Jika ingin sukses, tidak ada hal lain selain membentuk
kebiasaan positif.
Seperti
Dhawuh Beliau ; Hidup ini adalah proses kehidupan, semua yang terjadi di dunia
ini adalah ujian untuk kembali kepada-Nya. Dhawuh diatas menerangkan bahwa
hidup ini proses. Tidak ada yang dating tibaa-tiba. Semua perlu kerja keras,
istiqomah dan tumakninah. Untuk memulai hidup yang lebih baik, kebiasaan kita
lah berperan besar dalam menggapainya. Sekalipun kebiasaan kita yang sepele
mulai dari mencatat setiap musyawarah dan diskusi. Itu memang sepele, namun
berdampak positif di jalan kesuksesan kita.
Seperti
dalam buku (Akbar Kaelola;42) dalam ungkapan J.C Penney “Cara terbaik
menghentikana kebiasaan buruk adalah jangan memulainya”. Sungguh kebiasaan itu
sangat membekas sekali di otak kita. Bagian otak kita yang menyimpan kebiasaan
adalah basal ganglia terleyak di
batang otak. Disinilah tersimpan seluruh kebiasaan kita dari awal kita
dilahirkan, mulai dari hal sepele yaitu cara makan, berpakaian, berjalan dll.
Proses
menuju kebaikan walaupun hanya selangkah perlu diperjuangkan. Semua aktifitas
dan perbuatan kita sebenarnya sudah dijelaskan oleh Guru kita tentang makna
islam yang sesungguhnya. Ad-diin itu ialah “seluruh aktifitas dan perbuatan
kita sehari-hari selalu dalam makna ketundukan dan kepatuhan, antara makbud dan
Sang Abid itu jelas”. Beliau juga menjelaskan bahwasanya Islam itu yang selama
ini hanya dimaknai golongan dan komunitas itu salah. Bahwa islam itu ialah
perilaku selamat. Islam berasal dari kata As-Salam yang berarti keselamatan.
Perilaku selamat itu jika kita implementasikan dalam kehidupan ialah cara
berbicara yang baik, saling menghormati, saling menolong, respon, respek.
Semula kita berbicara dengan orang lain itu kasar namun jika kita memahami
secara utuh apa itu Ad-Diinul Islaam maka kita mampu mengubah paradigma agama
dalam diri sendiri.
Dhawuh
Beliau jikalau kita memahami islam secara utuh, maka akan luar biasa.
Berkreatifitas, bersosial, berinteraksi dan berinovasi dengan laku selamat
pasti akan mudah dilakukan, bukan hil yang
mustahal sukses dalam kemandirian
akan taergapai. Lewat tulisan sederhana ini penulis mencoba mengajak diri
sendiri dan pembaca untuk mendobrak kebiasaan negative kita. Dimulai dengan
dari memahami apa sih makna islam itu yang sesungguhnya. Sungguh seluruh
perilaku kita akan selalu berkebiasaan positif. Bagaimana tidak ,seluruh aktifitas kita selalu berlakon selamat, cara
berbicara, cara berpikir,cara berinteraksi semua laku selamat. Kebiasaan
negative akan terbongkar dan terganti dengan kebiasaan positif.
Sehingga
seluruh tujuan kita berbuat baik dan tujuan kita berbuat baik, memulai
kebiasaan baik akan terangkum dan ter-cover
menjadi niatan kembali selamat kepada-Nya. Akan tersambung dan terdaftar
oleh Sang Utusan sehingga menjadi amal yang tidak sia-sia. Penulis ilustrasikan
dengan hubungan karyawan dan atasan. Otomatis sikap dan kebiasaan kita akan
selalu baik dan positif. Sehingga motivasi kita berbuat baik akan terdaftar dan
terpantau oleh atasan. Mari kita bangkitkan kesadaran untuk selalu nderek Guru secara totalitas dimulai
dari mengubah kebiasaan yang “tidak selamat” menjadi kebiasaan “selamat lahir
batin”.
0 Komentar