Hari Sabtu (15/9) pagi yang cerah dan angin Nganjuk yang semilir. Terlihat 4 orang yang sedang ngopi dan diskusi. “Selamat pagi pak” sapaku kepada mereka. Senyum mengambang dari raut wajah mereka. Mereka adalah Pak Wahyu, Mbah Kom, Pak Djat dan Pak Is

            Di hadapan kami berlima, nampak 70 polibag serta jaring paranet yang memayunginya. “Pak Wahyu, kira kira butuh berapa polibag lagi untuk dekorasi acara tanggal 3 Oktober besok ?” tanya Pak Is. “Butuh 200 polibag lagi nih Pak hehe.” Seloroh Pak Wahyu.
            Acara yang dimaksud adalah ulangtahun bank swasta di daerah Nganjuk. Pak Wahyu dan tim diminta untuk mendekorasi kegiatan tersebut. Dengan terampil, Pak Wahyu menawarkan konsep PTSA dengan tanaman sela serta polibag yang menjadi bintang panggungnya. Puji syukur pihak bank pun setuju dengan konsep tim. “Ini untuk membangun branding image program program Bapak Kyai Tanjung.” Tambah pria yang menjadi owner Radio Jodipati dan Memory ini.
            Tidak hanya itu, tanggal 5 Oktober ada pagelaran wayang di Kawedanan, Tanjunganom. Tidak ketinggalan, konsep PTSA menjadi senjata utama untuk bahan komunikasi dan melobi. Hasil akhirnya adalah tanggal 3 dan 5 Oktober merupakan hari sibuk Pak Wahyu dan tim. “Nanti kamu ikut bantu ya, tgl 13 Oktober insyaAllah ada wayang juga di Lamongan. Masih proses lobi sih hehe.” Sambung beliau.
            Tempat yang kami tempati bernama Rumah Inspirasi PTSA. Bertempat di Jalan Gatot Subroto no.38. Tempat ini sebenarnya kantor bekas Biro Hukum Bambang Sunaryo. Sang pemilik akhirnya pindah dan sudah berdomisili di Jakarta sejak 5 tahun silam. “Sama Pak Bambang silahkan kelola untuk kebaikan kemasyarakatan.” Sambung pria berusia 50 tahun ini.
            Rumahnya cukup luas , ditambah halaman samping dan belakang yang cukup luas. Rumah dengan ukuran 12 x 10 meter dan halaman belakang dengan luas 20 x 50 meter. Sangat potensi dan produktif.
            Pak Wahyu sudah mulai bergerak ke masyarakat dengan program Kemandirian pangan sejak 2 tahun lalu. Diawali dari rumah beliau sendiri. Setahun kemudian, Pak Wahyu sudah bergerilya. Langkah pertama tetangga samping rumah. Dimana rumah tersebut dijadikan green house. Dengan memberikan paranet dan kursi-kursi kayu bergaya artistik.
            Puji syukur, masyarakat mulai tertarik. “mulai dari yang minta tomat, benih, polibag. Ya saya kasih cuma-Cuma supaya menarik minat. Lalu diakhiri dengan menyisipkan visi misi program Kyai Tanjung. Kita kasih logika dan rasional secara perlahan.” Sambung Pak Wahyu.
            Berkat kegigihan dan kerja keras Pak Wahyu, hasilnya masyarakat pun sudah mulai tertarik. Hasilnya adalah membuat sepanjang jalan Gatot Subroto penuh dengan polibag sayuran. Ditargetkan pula membangun pasar sayur organik setelah panen. Sebelum akhirnya semua polibag dipindahkan ke Rumah Inspirasi karena lebih strategis. “Ibu-ibu PKK mau mengadakan senam setiap minggu disini dar. Dan juga musyawarah Rt,Rw dan kelurahan akan dilakukan disini. Sambil liat-liat tanaman hijau dan saling menginpirasi antar masyarakat.” Maka dari itu kita bersama-sama membuat spot spot inspirasi PTSA dimanapun berada.
            Begitulah proses Pak Wahyu dan masyarakat untuk melakukan program maslahat. Dengan dasar kebersamaan, kekeluargaan, musyawarah dan saling menolong memberikan kebahagiaan lahir batin.