Pertengahan
tahun 2015 merupakan aku lulus dari SMA Pomosda dimana aku bersekolah dan
mondok selama 3 tahun. Hari itu juga aku menentukan masa depan ku untuk kuliah
dimana. Setelah berdiskusi dan sowan kepada Bapak Kyai, akhirnya aku memutuskan
untuk tetap lanjut disini, tepatnya STT Pomosda.
Kalender
pendidikan antara rumah asalku Jakarta dengan di Jawa timur sangat berbeda,
mulai dari jadwal masuk, liburan hingga ulangan. Hal itupun berlanjut setelah
lulus SMA. Mulai dari jadwal pendaftaran , opspek dan masuk kuliah pub berbeda,
lebih awal di Jakarta.
Total
waktu luangku lebih dari 4 bulan terhitung dari 15 Mei hingga 1 September awal
ku menjalani opspek. Waktu luang itu pun aku manfaatkan dengan mengaplikasikan
ilmu di pondok untuk diaplikasikan dirumah. Mulai dari sektor pertanian dan
mengajar fisika.
Aku
pun berinisiatif mengusulkan kegiatan
waktu senggangku ini untuk les berenang. Orang tua pun mengizinkan dan
ketemu dengan pelatih baik dan harga terjangkau dompet. Hasilnya pun tidak
sia-sia, setelah 3 bulan les berenang bersama adik kecilku yang baru kelas 5
SD. Aku dapat menguasai 3 gaya renang, gaya dada, bebas, dan punggung.Sementara
adikku hanya menguasai 1 gaya akibat sering bercanda dalam pelatihan. Tubuhku
pun berubah jadi lebih hitam dan mulai terbentuk.
Setelah
3 bulan berlatih renang sampai kulitku hitam, aku pun merasa bosan. Aku ingin
mempunyai tantangan lebih untuk mengisi waktu kosong. Sebagai masa persiapan
untuk masa depan, lebih baik diisi kegiatan produktif. Selepas solat zuhur, aku
pun menonton berita olahraga tentang F1. “Wah enak nih kalo bisa nyetir.”
Malam
pun tiba, dan orang tua sudah pulang kerja. Sambil membuka bungkus ayam crispy,
aku pun bertanya kepada Abah. “Bah, mas mau belajar nyetir mobil. Boleh gak?”.
Abahku pun merespon dengan baik. “Wah iya gapapa, bagus malah. Lagipula dirumah
ada mobil dua sayang kalo gak belajar.” Jawab beliau. Abah pun lansung
menghubungi teman untuk mencarikan tempat les. Akhirnya besok pagi setelah
mengantar ibu dan Abah kebetulan libur, langsung menuju tempat les yang tidak
jauh, hanya 15 menit dari rumah.
Setelah
selesai transaksi, sang supir pun menghampiri. “Kapan mau latihan dik?”. Aku
pun menjawab besok pagi saja, dan Abah bilang latihan hanya 15 kali dan waktu
bebas sesuai peserta. Aku pun mengangguk dan siang itu juga aku buka youtube
lewat smartphone Abah belajar mengenali bagian-bagian mobil.
Keesokan
harinya, aku pun bersiap menghadapi latihan pertama. Badanku pun gugup tak
karuan saat masuk mobil pertama kali. Namun dengan baik dan ramah, pelatih pun
mengajar secara perlahan. Akhirnya aku pun berhasil menjalankan mobil yang
pertama kali. “Wah mantep nih, gampang banget.” Gigi tidak berpindah dari gigi
3 karena saking macetnya jalanan ibukota.
Singkat
cerita setelah berlatih 15 kali , aku pun masih merasa kurang puas. Tindakan ku
ini bukan tanpa alasan selain macetnya jalan ibukota, karena waktu pelatihan
hanya 30 menit. Insting anak muda memang saat itu ganas, maunya ngebut dan
menguasai jalanan. Abah pun memanggil tetangga baik sebelah rumah, nama beliau
Pak Hasyim. Kami lebih akrab memanggilnya Pakde, karena saking dekat hubungan
dengan keluargaku. Pakde ini yang bertugas mengantar ibuku kalau Abah tuugas ke
Jawa Timur.
Pakde
pun menyetujui ku untuk mengajariku menyetir. “Besok pagi kita ke sentul, ada
tempat bagus untuk latihan.”. Aku pun kegirangan karena ingin melampiaskan
naluriku. Keesokan harinya, Pakde sudah bersiap dengan membersihkan mobilku
terlebih dahulu. Stelah meminta uang bensin 50 ribu ke Abah, kamipun langsung
meluncur ke Sentul City.
Setelah
sampai, memang jalan disini sangat halus dan luas. Juga tidak banyak kendaraan
berlalu lintas. “Dar, pakde tunggu disini aja. Kalo latihan nyetir harus
merasakan sendiri mobilnya. Tapi di sekitar sini aja, jangan macem-macem.” Aku
pun setuju karena hal ini yang tidak ku dapat selama les mobil. Kadangkala
pelatih marah dan selalu melihat kesalahan kecilku.
Singkat
cerita setelah latihan selama 1 bulan penuh di Sentul City dibawah tangan magis
Pakde, aku berhasil membawa sendiri Jakarta-Bogor sebanyak 4 kali. “Wah
berlembang pesat kamu dar.” Puji pakde. Abah pun langsung bangga dengan hasil
belajarku dan menyuruhku membuat SIM.
Suatu
hari, Pakde mengajakku mengantar ibu karena Abah sedang tugas ke Jawa Timur.
“Dar, pagi ini kamu yang bawa ke KPK ya, nanti bertiga sama Pakde. Nanti pakde
kasih tahu jalannya.” Ujar Pakde. Sebelum berangkat ibu pun berpesan untuk
hati-hati dan ini pertama kali ibuku diantar oleh aku. “Bismillah, yakin bisa
dan sukses.”
Selama
perjalanan pun lancar, aku pun menghilangkan tegangku dengan memutar radio. Kejadian
lucu pun mulai saat mobil berhenti di lampu merah. Sambil mendengarkan musik
dari radio yang kalem, dan waktu menunggu lampu hijau yang lumayan lama. Tidak
sadar aku pun memejamkan mata karena semalam begadang nonton bola. Aku pun
merasa lelap sekali. Tiba-tiba pakde membangunkan dengan sedikit teriak.
“Dar-dar bangun udah hijau tuh.” Seru Pakde.
Dengan
kondisi setengah sadar, aku pun melek dan tiba-tiba. “Ehhh pakde gimana nih,
kok mundur sendiri. Eh-eh pakde, bu kok mundur begini sih.” Suara ramai klakson
dibelakang semakin membuat panik. Semua cara sudah ku lakukan dengan mengerem
total, menginjak kopling dan menarik rem tangan, tapi tetap saja mobil ku
mundur. Aku histeris dan panik.
Tiba-tiba
pakde berkata sambil tersenyum lucu “Mobilnya bukan mundur, tapi emang mobil
didepan maju karena sudah hijau dar.” Sontak aku pun langsung menurunkan rem
tangan dan mulai berjalan dan hampir saja kena lampu merah lagi hehe. Mohon
maaf pengemudi yang itu saat dibelakangku hehe. Ibuku pun menasihati. “Makanya
jangan ngantuk pas nyetir.” Pelajaran ini berharga karena banyak sekali
kecelakaan karen amengantuk dan syukur alhamdullilah Allah masih melindungiku.
Jangan mengantuk kalo berkendara ya guys.
0 Komentar