Menulis Ibarat Bercanda sama Konco
                Sudah menjadi makanan sehari-hari jikalau kebutuhan guyon karo konco menjadi hal wajib dalam hidup ini. Iya lah, kalo tidak bercanda sudah pasti suram banget hidup ini. Seakan sayur tanpa garam. Pasti wajah semua orang cemberut semua. Tidak ada canda tawa



                Tidak perlu diajarkan oleh siapapun, pasti sikap bercanda sudah melekat dalam diri setiap orang pasti punya ini. Sampeyan juga kan ? Masa gak punya hehe . Dalam proses kegiatan belajar di kelas pun yang namanya bercanda pasti pada jago kan hehe. Walaupun guru sedang menerangkan, pasti kita punya kesempatan untuk bercanda. Yang intinya bercanda itu hal yang mudah dilakukan oleh semua orang. Sampai – sampai ada yang di penjara gara-gara bercanda berlebihan. Sudah kacau itu.


                Sekaran coba dari yang namanya bercanda kita ubah menjadi menulis. Yap kegiatan bercanda kita ubah menjadi kegiatan pulpen dan kertas. Pasti kedua hal itu sangat bertolak belakang yang satu sangat mudah, yang satu lagi susah minta ampun deh (uangelll ram) *bahasa jawa. Jikalau dilihat dari sisi manfaat kedua kegiatan itu snagat positif yaitu menguarngi ketegangan beban pikiran. Kalau lelah fisik dengan bercanda bisa rileks. Kalau lelah jiwa dan psikis , menulis lah obatnya. Sebagai tempat curhat pribadi, setelah nulis pasti legaaaa rasanya.


                Menulis bak bersenda gurau, itulah masalah yang mau penulis ambil dan membahasnya. Mulai sekarang anggaplah berbicara, berdiskusi, berpikir, atau memaparkan pikiran tentang tulisan itu hanya ada satu kesimpulan, menulis sangat mudah !


                Ya iyalah, siapa bilang susah? Mereka yang berpendapat menulis itu susah , pastilah tidak memahami hakikat menulis. Pendapat macam apa yang menjadi hal itu sebagai pegangan. Mari berpikir cerdas, tuntas serta kandas
.

                Dan lucunya lagi, sampeyan meng ho’oh saja paradigma itu.Padahal menulis itu gampang, di ubah menjadi hal yang sulit. Mari kita membangun jati diri kita sendiri lewat tulisan. Membangun self image . Mulailah menulis berdasarkan hal yang paling dekat dengan diri kita seperti kejadian apa yang ada di sekitarmu. Jauh dari hal-hal hebat seperti pendidikan formal. Maksudnya tidak harus pintar dulu sebelum menulis. Penulis pernah mambaca kisah orang yang lulusan SD, tapi Beliau tidak putus asa. Dan mengeluarkan banyak buku dan best seller. Terbukti kan ?


                Fakta sudah berbicara, sekalipun sudah belajar menulis dari SD sampai PT, berguru ke banyak orang, meminta nasihat penulis ternama, bahkan sampai mengikuti beragam pelatihan menulis. Tapi hasilnya hanya satu, tidak berani menulis ! Berani saja tidak, apalagi mau sukses menulis. Kenapa ?


                Bebaskan belenggu dan pikiran kalian. Jadilah guru menulis bagi masing-masing diri. Menulis tanpa paksaan dan intervensi dari siapapun dan atau atas apa pertimbangan apapun, Caranya ? Dengan menulis !

                Tanpa kita sadari, menulis itu punya intisari dalam hal “bisa menulis”. Yaitu dengan menulis, latihan menulis dengan menulis. Menulis , menulis, menulis , dan menulis lagi. Lalu siapa yang ingin menulis? Ya kamu lah hehe.
                Jadi sekali lagi, disini penulis menekankan ubah paradigma dari susah menulis menjadi “menulis ibaratkan dengan bercanda. Tidak ada yang susah. Hanya dengan menulis, menulis, dan menulis lagi. Itu kuncinya! Niatkan ibadah nderek Guru itu menjadi pondasi awal kita untuk melangkah lebih baik ke depannya. Salam hangat dan semoga bermanfaat !